Keren, Hajatan Tanggap Sholawat Jawa Hasanah Muda Dengok - Slawu


 Gunungkidul, mitranegaranews.co || Bisa dibilang jadul, ketinggalan jaman atau istilah lainya, jika diera kemajuan jaman digitalisasi saat ini masih ada warga masyatakat yang melestarikan budaya sholawat jowo ( jawa ). Namun bagi sebagian orang jawa dan orang - orang yang mencintai budaya serta tradisi sebagaimana para leluhur ditanah jawa, adalah "KEREN".


Kenapa?. Karena sholawat jowo adalah merupakan ciptakarya para leluhur tanah jawa yang sarat dengan nilai - nilai luhur bernuansa religius penuh makna. Dimana sebagai orang jawa yang memeluk agama islam, tahu bagaimana melakukan ibadah sebagai bentuk mahabah pada rosulullah sholallahu alaihi wassalam dengan melantunkan sholawat nabi diiringi  terbang sebagai alat musik tradiaional yang menyentuh qolbu saat ditabuh para pelaku seni budaya jawa. Musik tradisional sholawat jawa adalah cipta karya para waliallah  dalam melakukan syiar agama islam.


Salah seorang warga masyarakat Padukuhan Ploso, Kalurahan Petir, Rongkop, Gunungkidul, DIY, Bapak Trisno Subekti - Ibu Rahayu Fitriani, dalam sebuah acara hajatan Khitanan putranya bernama Nanditya Nur Fahri, pada hari Minggu 14 April 2024, nanggap sebuah group/kelompok pelestari sholawat jawa bernama Hasanah Muda dari Padukuhan Dengok - Slawu, Pucanganom, Rongkop yang disuhi bapak Dukuh Padukuhan Dengok,  Muncaryadi. 


Biasanya masyarakat jawa dalam menanggap pentas seni sholawat jawa rata - rata karena punya suatu nadzar. Sebagaimana yang dilakukan oleh keluarga bapak Trisno Subekti kali ini, suatu ketika saat kelahiran putranya dalam keadaan prematur,sehingga beliau punya hajat kalau anaknya bisa hidup selamat dan bisa diasuh ,maka ketika dihitan akan nanggap sholawatan.


Kelompok Sholawat jawa Hasanah Muda adalah gabungan dua dusun Dengok dan Slawu yang masih melestarikan seni sholawat jawa. Ada maupun tidak ada tanggapan, kelompok seni sholawat jawa ini terus exsis. Setidaknya pada event - event pengajian ataupun kegiatan tradisi dusun, kelompok ini bisa mewarnai kegiatan budaya. Sehingga bisa menjaga dari  kepunahan kekayaan budaya kita bersama. 


Dari sini sangat perlu dipahamkan kepada masyarakat bahwa dalam seni sholawat jawa masa kini, bacaan - bacaan sholawat maupun rowi dalam kitab Barjanji sudah mengalami perubahan, sebab para seniman yang menjadi personil group sholawat sudah menguasai bacaan sair - sair sholawat yang berbahasa Arab dengan baik. Sehingga sangat bermakna amaliah mahabah pada Rosulillah. Untuk hendaklah para pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan Gunungkidul melakukan pendampingan dan dukungan, agar kelompok - kelompok seni seperti ini tidak mengalami kepunahan. 


( Penulis : Wajiyo ).


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama