Gunugkidul,n MNnews | Warga masyarakat sekomplek Ngenep yang terdiri dari Padukuhan Mojo, Sembuku, Pomahan, Karangtengah dan Padukuhan Nogosari, Kalurahan Dadapayu, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, dalam rangka Syawalan 1446 Hijriyah/ tahun 2025 menggelar sholawat akbar bersama Gus Wahid Syarifudin Ahmad dengan pembicara Ustadz Jayadi dengan diiringi kelompok hadroh Adem Ayem.
Acara syawalan halal bihalal warga sekomplek Ngenep ini berlangsung pada hari Selasa, 15 April 2025 malam bertempat di halaman rumah bapak Gunawan Aribowo di Padukuhan Mojo, Kalurahan, Dadapayu, Kapanewon Semanu, Gunungkidul, D.I Yogyakarta.
Ketua Panitia syawalan warga masyarkat sekomplek Ngenep, Doni Surya Kesuma, kepada awak media mengatakan, acara syawalan ini diadakan berkat kerja sama yang baik dari warga masyarakat lima padukuhan, baik yang tinggal di kampung halaman maupun di perantauan.Estimasi jamaah yang hadir antara dua sampai tiga ribu jamaah.
Ikrar syawalan dibacakan oleh Rustanto, S.Ag dan diterima oleh Lurah Kalurahan Dadapayu, Nanang Arianja, S.Pd.I.
Duet antara Gus Wahid dengan Ustadz Jayadi dalam satu panggung yang sama ini menghadirkan suasana yang berbeda. Menurut ustadz Jayadi, S.Pd, pengajian dan sholawat ini menunjukan adanya kolabirasi antara Nahdhotul Ulama dengan Muhamadiyah. Saya apresiasi sekali pada warga komplek Ngenep atas acara syawalan ini yang begitu antusias. Ustadz Jayadi kemudian menyampaikan ceramahnya dengan tema guyup rukun.
Dengan isi tentang Ukuwah Islamiyah, Ukuwah Basariyah dan Ukuwah Wathoniyah. Umat Islam harus guyup rukun, walaupun berbeda warna baju, beda bendera, beda agama, semua harus tetap rukun. Jika ada suatu masalah apapun, maka harus diselesaikan dengan damai, sehingga guyup rukun akan selalu terjaga. Ustadz Jayadi kemudian menerangkan sejarah berdirinya NU dan Muhamadiyah yang didirikan oleh dua Ulama besar yaitu Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Kyai Haji Hasyim Asyhari. Beliau keduanya menimba ilmu dengan guru yang sama, bahkan satu kamar dalm pondok pesantren di Semarang, di pondoknya KH Soleh darat, terang ustadz Jayadi.
Bahkan saking akrabnya beliau berdua, KH Hasyim Ashari memanggil Ahmad Dahlan dengan sebutan kakak.
Jadi Muhamadiyah dengan NU itu ibarat kakak beradik.
Kedua organisasi ini memiliki misi yg sama, mewujudkan masyarakat yg diridhoi oleh Allah Subhanahu wata'ala. Menjadi negeri yang Baldatun thoyibatun warobun ghofur. Menghadirkan ilsam yg rahmatan lil alamin. Dakwah bil hikmah, yaitu dakwah dengan kebijaksanaan, islam yang ramah, islam yg damai dan menyejukkan. Menebarkan kasih sayang untuk semesta alam, kata ustadz Jayadi.
Usai ceramah oleh ustadz Jayadi, S.Pd, dilanjutkan dengan sholawatan dan do'a oleh Gus Wahid Syarifudin Ahmad dengan diiringi kelompok Hadroh Adem Ayem yang sudah sangat familier bagi jamaah.
Gus Wahid merasa terharu dimana semua jamaah dengan sabar menunggu hingga malam, karena sebelum hadir di Mojo, Dadapayu tersebut Gus Wahid terlebih dahulu mengadakan rutinan di rumah beliau, di Semin. Gus Wahid selanjutnya berharap kepada warga masyarakat sekomplek Ngenep dan sekitarnya untuk selalu menjaga kerukunan. Dengan guyup rukun insya Allah semua urusan dunia dilancarkan, juga dimudahkan urusan akhiratnya. Dadapayu, sesuai namanya agar selalu ayu dimasyarakat, dimata bangsa. Dari Dadapayu semoga lahir mutiara mutiara yang selalu menjadi pemersatu umat, do'a Gus Wahid.
Dengan bersholawat mudah mudahan segala urusan dunia dan akhirat di mudahkan, dengan sholawat rejeki rejeki di dekatkan, dengan sholawat negeri ini selalu damai dan sejahtera. Hingga pulul 00:15 menit Waktu Indonesia Bagian Barat, Gus Wahid kemudian menyudahi sholawatan dengan mahalul qiyam, jamaah semua berdiri mengikuti dengan sangat hidmad. Semua acara berjalan aman, tertib dan lancar tanpa suatu halangan apapun.
( Penulis : Wajiyo )
Posting Komentar